Kamis, 17 Oktober 2013

Upaya Meningkatan Kreativitas Siswa dalam KBM Matematika Melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Think, Write, and Talk (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2010/2011)



A.    Judul
Upaya Meningkatan Kreativitas Siswa dalam KBM Matematika Melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Think, Write, and Talk (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  Tahun Ajaran 2010/2011)
B.     Nama Penulis
Okoy Koyum, S.Pd. SD.
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK

Kata Kunci: KBM Matematika, Kreativitas Siswa, dan Model Pembelajaran
                      Konstruktivisme Tipe Think, Write, and Talk
Penelitian yang berfokus pada upaya guru meningkatkan kreativitas siswa dalam KBM Matematika melalui model pembelajaran konstruktivisme tipe think, write, and talk.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  Tahun Pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 12 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008.Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan.Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik kualitatif model mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa.
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Model pembelajaran konstruktivisme tipe think, write, and talk dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam KBM Matematika.Hal ini terbukti dengan adanya perubahan aktivitas siswa, baik dalam bertanya maupun menjawab, dan antarsiswa terjalin saling belajar.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
 Saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang pesat. Manusia dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu beradaptasi dan memecahkannya. Tentunya dalam memecahkan segala persoalan dibutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kearifan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak terlepas dari dunia pendidikan. Karena, pendidikan merupakan salah satu wahana sekaligus wadah untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri. Oleh karena itu, pendidikan juga dituntut memiliki kualitas yang baik.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi dan belajar, daya kreativitasnya akan semakin meningkat, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, dan semakin mantap pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.
    Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi dalam berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya matematika.
 Salah satu dari materi ajar matematika yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa kelas VI SD, adalah kompetensi dasar perkalian. Tuntutan kurikulum ini harus dapat dilaksanakan dalam pembelajaran matematika, sehingga perlu diterapkan dengan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, mau berlama-lama belajar, dan tidak membosankan, sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih menyenangkan.
  Rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal, sehingga materi yang disajikan menjadi tidak tuntas.
  Kondisi siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  berjumlah 12 orang siswa yang relativeheterogen, baik dari segi ekonomi, kemampuan akademik, kreativitas maupun sarana yang dimiliki. Berdasarkan segi pemilikan buku wajib yang dimiliki siswa cukup kecil, yaitu dari 12 orang siswa yang memiliki buku wajib hanya 3 orang siswa atau sebesar 25 %. Berdasarkan hal ini terlihat bahwa kemampuan siswa untuk belajar membaca cukup rendah. Dalam segi kreativitas, dari 12 orang siswa yang mampu mengembangkan imajinasinya hanya 5 orang siswa atau sebesar 41,66%.
 Kemampuan untuk menjawab pertanyaan dari 12 orang siswa hanya 5 orang siswa saja yang mampu atau sebesar 41,66%. Sedangkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan dengan lisan sangat rendah, yaitu baru 3 orang siswa dari 12 orang siswa atau sebesar 25%.
    Berdasarkan data-data di atas dapat dijadikan  suatu landasan untuk dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan inovasi pembelajaran menggunakan model Think, Write, and Talk.
Perkalian menurut Sumarno dan Suhadar (1977:44) adalah “Penjumlahan berulang”. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan perkalian bagi siswa kelas III Sekolah Dasar perlu terus dioptimalkan, mengingat hampir semua bahan pelajaran matematika di kelas ini menggunakan dasar perkalian.
 Perkalian merupakan basic skill yang penguasaannya sangat diperlukan untuk bekal meniti kehidupan di masyarakat. Hamper setiap saat pada kehidupan sehari-hari, siswa dihadapkan pada persoalan yang berkaitan dengan perkalian. Pada umumnya, khususnya di kelas kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, konsep ini belum sepenuhnya dikuasai, sehingga menghambat penguasaan konsep matematika selanjutnya.
 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil ulangan harian selama tengah semester 1 pada tahun pelajaran 2010/2011, hasil belajar matematika siswa kelas kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, kurang memuaskan. Tujuh puluh lima persen (75%) nilai ulangan harian tentang perkalian mereka masih kurang dari 6. Peneliti merasa prihatin, sebab jika dibiarkan, masalah ini akan berkelanjutan pada konsep lain yang menggunakan dasar perkalian, misalnya pada kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka.
Akibat keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami materi ajar ini, mereka membutuhkan media dan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Sehingga, pemahaman mereka menjadi lebih mudah. Varian kemampuan masing-masing siswa yang berbeda membutuhkan layanan secara individu sehingga dsapat berkembang secara optimal. Pemahaman yang lambat memerlukan tahapan bahan pelajaran yang detail dan latihan yang berulang-ulang, sedangkan keterampilan sosial dan penanaman budi pekerti memerlukan kegiatan bersama dengan teman.
 Berdasarkan hal-hal di atas, penulis berupaya menemukan solusi pemecahan masalah melalui penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini penelitian tindakan kelas perlu dilakukan untuk menyempurnakan atau meningkatkan proses dan praktis pembelajaran, terutama dalam hal menanggulangi permasalahan belajar. Melalui penelitian, tindakan permasalahan yang ada dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan secara berkesinambungan, sehingga proses pendidikan dan oembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan, khususnya penguasaan perkalian dapat diaktualisasikan secara sistematis.      
b.      Identifikasi dan Rumusan Masalah
a)      Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi adanya masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.
1.    Rendahnya minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika.
2.    Rendahnya kreativitas siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika.
3.    Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika.
4.    Kurangnya sarana yang dimiliki siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika.
5.    Rendahnya kemampuan siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  untuk menjawab pertanyaan.
6.    Rendahnya kemampuan siswa VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  untuk bertanya.
b)     Rumusan Masalah          
Berdasarkan hal-hal di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, sebagai berikut.
1.    Bagaimana meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika tentang perkalian melalui model pembelajaran Think, Write, and Talk?
2.    Bagaimana meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika tentang perkalian melalui model pembelajaran Think, Write, and Talk?
c.       Cara Pemecahan Masalah
Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang rendahnya kreativitas dan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis  dalam pembelajaran matematika khususnya tentang perkalian, proses pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan konstruktivisme dengan model Think, Write, and Talk.
d.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah dan cara pemecahannya, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan, sebagai berikut.
1.    Dengan diterapkan pembelajaran konstruktivisme model Think, Write, and Talk kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian, meningkat.
2.    Dengan diterapkan pembelajaran konstruktivisme model Think, Write, and Talk minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian, meningkat.

e.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian   melalui pembelajaran konstruktivisme dengan model Think, Write, and Talk.
2.    Untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian melalui pembelajaran konstruktivisme dengan model Think, Write, and Talk.
E.     Kajian Teori
a.      Kreativitas
Menurut Semiawan dkk., (1987) kreativitas sebagai proses merupakan hal yang lebih sesnsial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini dengan cara menyibukkan diri secara kreatif. Misalnya, dalam  proses bermain. Dengan adanya gagasan atau unsur-unsur pikiran akan menjadi keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi anak yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini merupakan proses berpikir yang mengarah pada suatu usaha untuk menentukan hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, dan metode atau cara baru dalam memecahkan masalah.
Ditinjau dari segi product, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang pada umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci, Munandar (1992) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan banyak kemungkinan jawaban suatu masalah dengan menekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kreativitas yang dimaksud adalah berpikir kreatif atau divergen.
Dimensi press (tekanan/dorongan) adalah kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan atau hambatan tersebut dapat berasal dari luar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, atau masayarakat, maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Jika kedua kondisi ini menguntungkan atau menunjang, yakni adanya keinginan dari seseorang untuk melibatkan diri secara aktif dan ia mendapatkan kesempatan, hal ini akan lebih memungkinkan individu tersebut untuk bertindak secara kreatif.
Berdasarkan paparan mengenai beberapa definisi kreativitas di atas, dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai tahapan yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian, pada intinya terdapat persamaan antara definisi yang satu dengan yang lain, yaitu kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.  
Ciri-ciri atau karakteristik kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan kemampuan kreatif dari seseorang menurut Guilford (dalam Kuncoro, 1992). Ciri-ciri kreativitas seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek dorongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri, tidak konversional, dan aspirasi keindahan.
Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Ciri-cirinya, meliputi hal-hal berikut. (1) word fluency, yakni kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu atau kombinasi dari huruf-huruf. Kelancaran kata (word fluency) pertama kali mulai dipublikasikan oleh Thurstone pada tahun 1938. Pendapat Gulford mengenai kelancaran kata diungkapkan behwa kemampuan tersebut tidak mudah  untuk dilihat. Namun hal itu, merupakan sesuatu yang amat penting dalam kegiatan kreativitas sehari-hari. (2) associational fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah kata-kata yang mengandung beberapa macam hubungan, dapat berbentuk sebuah ide, pemberian judul, atau memberikan arti serupa. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai kemampuan berpikir secara analog atau kebalikannya. (3) expressional fluency, yaitu kemampuan untuk menyusun kata-kata terorganisasi, seperti dalam bentuk ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Dengan kata lain, kemampuan ini merupakan kelancaran dalam mengekspresikan pikiran-pikiran, ide-ide, atau pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata atau kalimat. (4) ideational fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide dengan cepat yang sesuai dengan kegunaan yang diminta. Beberapa jenis tes mengenai ideational fluency, bahwa kecepatan lebih penting dari kualitas. Ide yang dihasilkan dapat berbentuk simpel atau kompleks, dapat berupa pemberian judul, baik untuk gambar maupun cerita, atau dapat pula berupa ungkapan-ungkapan dalam kalimat pendek yang merupakan kesatuan hasil pemikiran.
Kelenturan (felxibility), adalah kemampuan untuk  mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Hal-hal yang termasuk dalam ciri-ciri ini sebagai berikut. (1) spontaneous flexibility, yakni kemampuan atau kecenderungan untuk menghasilkan bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau keterpaksaan.  Spontaneous flexibility dapat dikatakan pula sebagai keluwesan dalam mengadakan pendekatan terhadap masalah. Artinya, bila melalui pendekatan yang satu tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, dengan segera akan menggantikannya dengan cara pendekatan lain. Seseorang yang memiliki kemampuan spontaneousflexibility terendah, akan terlihat kaku dalam membicarakan ide atau pendapatnya. Ia akan cenderung untuk bertahan pada satu atau beberapa pemikiran yang sempit saja. Namun demikian, orang tersebut masih mempunyai kemungkinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi meskipun tidak melakukannya secara spontan. (2) adaptiveflexibility, yaitu penyesuaian yang fleksibel dalam menghadapi masalah sampai diperoleh hasil pemecahannya. Mengenai hal ini, seseorang akan gagal untuk menyelesaikan masalah bila ia tidak mampu untuk bertindak fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan untuk meneruskan gagasan dengan cara-cara yang asli dan tidak klise. Dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui, dan unik.
Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, yakni aktivitas untuk merangkai sebuah ide atau jawaban-jawaban sederhana agar menjadi lebih mendetail. Elaborasi ini dapat dikembangkan dengan cara memberi latihan kepada anak untuk memberikan informasi tambahan atau melalui komunikasi verbal.      
b.      Pembelajaran Think, Write, and Talk
 Think, Write, and Talk  merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memiliki empat langkah penting dalam pelaksanaannya. Keempat langkah penting itu, sebagai berikut.
1.    Langkah 1 – berpikir (thinking). Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu.
2.    Langkah 2 – menulis (writing). Pada tahap ini siswa diminta untuk menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang diperolehnya.
3.    Langkah 3 – berdiskusi (talking). Setelah diorganisasikan dalam kelompok, siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam berdiskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan, interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota kelompok masing-masing.
4.    Hasil tulisan siswa dipamerkan untuk ditunjukkan di hadapan kawan-kawan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
Keterampilan berpikir bagi siswa dapat dicapai dengan baik apabila dihubungkan dengan  topik-topik yang dikenal siswa. Karena itu, untuk dapat mengajak siswa berpikir, guru harus mampu menghubungkan materi yang disajikan dengan hal-hal yang sudah dikenal dan dekat dengan siswa. Tujuan pembelajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pemikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
Menurut Mansyur (dalam Sutusiyah, 2006) komponen selanjutnya pada model Think, Write, and Talk adalah diskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, dan pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari kebenaran, keputusan, kesimpulan, dan pemecahan dari suatu masalah. Banyak permasalahan yang terjadi di lingkungan siswa yang memerlukan pembahasan lebih dari seseorang saja, terutama masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dalam sebuah kelompok. Dengan demikian, diskusi menjadi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
Sebelum pelaksanaan strategi Think, Write, and Talk, pertemuan diawali terlebih dahulu dengan melakukan persiapan-persiapan, di antaranya guru membuat rencanapelaksanaan pembelajaran, menyiapkan lembar kerja untuk siswa, menyiapkan instrumen-instrumen, dan menentukan kelompok-kelompok siswa di mana setiap kelompok bersifat heterogen dalam hal jenis kelamin, prestasi akademik, dan lain-lain.
Pada pelaksanaan strategi Think, Write, and Talk, pertemuan diawali dengan penyampaian materi secara garis besar dan kompetensi yang ingin dicapai secara klasikal. Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat dan permasalahan kepada siswa. Kemudian guru membagikan lembar kerja kepada asing-masing siswa dan meminta siswa mengerjakan lembar kerja tersebut secara individu. Selanjutnya, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam kelompok tersebut, siswa diminta untuk mendiskusikan lembar kerja sesuai dengan hasil pemikiran masing-masing, saling bertukar pendapat, dan berbagi jawaban. Setelah bekerja dalam kelompok, siswa kembali ke bangku masing-masing dan meminta untuk menuliskan hasil belajar secara individu dengan bahasa dan pemikiran siswa sendiri. Tahap selanjutnya, guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa tanya jawab singkat kepada seluruh siswa. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi secara lisan dan menambahkan hal-hal yang belum diungkapkan oleh siswa serta menyempurnakannya.
Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman, yang memberikan kesempatan kepada siswa memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang kemudian didiskusikan dengan pasangannya untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di kelas.
Berdasarkan landasan teori di atas, penulis mencoba melakukan inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk. Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa untuk berpikir kritis, berkreasi, dan bertukar informasi serta akan terjadi kompetensi yang dinamis dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Think, pada saat ini siswa dirangsang untuk berpikir bersama kelompoknya untuk dapat menemukan ide-ide pokok atau konsep-konsep penting. Write, masing-masing kelompok harus menuliskan kembali hasil temuannya pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok lain. Talk, pada tahap ini masing-masing kelompok diberi kesempatan 4 siswa berkunjung untuk melihat hasil kerja kelompok lain untuk bertanya dan melihat kekurangan masing-masing, 2 orang siswa tetap menunggu hasil kerjanya yang mempunyai kewajiban untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Pada akhir kegiatan, guru membantu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Penulis mempunyai estimasi bahwa dengan inovasi model seperti ini, siswa akan lebih kreatif dan menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

F.    

 
Metodologi Penelitian
a.      Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, semester 1 tahun pelajaran 2010/2011, dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 12 orang siswa yang karakteristiknya dalam pembelajaran matematika dengan materi ajar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, baik kreativitas dan minat belajarnya  maupun hasil belajarnya masih rendah.
b.      Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Data hasil belajar dikumpulkan dengan cara melakukan tes kepada siswa setelah selesai tindakan.
2.      Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh melalui hasil pengamatan kolabolator selama selama pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
3.      Data refleksi guru dan siswa diperoleh melalui pemberian angket kepada siswa dan guru setelah selesai tiap siklus.
c.       Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      Perubahan yang terjadi pada siswa saat pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Analisis yang digunakan adalah deskripsi, memaparkan data hasil pengamatan, dan hasil angket siswa pada setiap akhir siklus dengan membandingkan hasil yang dicapai tiap siklus.
2.      Peningkatan hasil belajar tiap siklus. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan analisis kuantitatif dengan rumus sebagai berikut.
P = PosrateBaserate x 100%
                     Baserate
Keterangan:
P                  : persentase peningkatan
Posrate        : nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate      : nilai sebelum tindakan
Berdasarkan hasil pengamatan, angket, dan tes akhir siklus apabila masih dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan penyebab kekurangan dan sekaligus mencari alternatif solusi untuk dirancang pada tindakan berikutnya. Tolok ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.      Adanya peningkatan kreativitas yang terlihat pada antusias, aktivitas, dan rasa senang siswa dalam pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka secara signifikan pada setiap siklus.
2.      Adanya peningkatan nilai ulangan yang signifikan pada setiap siklus.

G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno, spidol 6 set, isolasi, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 2 orang siswa yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimanaRPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano; spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit dan 10 menit kemudian masing-mesing kelompok harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Satu orang siswa dari masing-masing kelompok bertanggung  jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa berkunjung, antarkelompok peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi antarkelompok dan aktivitas siswa.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok lain, mendapat hasil diskusi, mendapatkan nilai kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60 yang mencapai  33,3%  dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat prsentasi hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengemukakan pertanyaan  hanya 33,3%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90% siswa merasa senang, 40% merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 90% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus I, mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan masih terdapat 30,23% siswa yang nilainya di bawah standar KKM mata pelajaran matematika yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai >60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, write, and talk. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto copy materi, dan meminjami buku ajar. Berdasarkan siklus I didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 72,00 yang berarti ada kenaikan 10,18% dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.



b.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi pada dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku penunjang, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 2 orang siswa yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimanaRPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka yang akan dipelajari,  menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas pleno; spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit. Kemudian masing-masing kelompok dalam 10 menit harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Satu orang siswa dari masing-masing kelompok bertanggung  jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 25 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar- kelompok peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi untuk diperiksa kebenaran konsep.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan hadiah bolpoin  pada semua anggota kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok lain, mendapat nilai kriteria baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 80%.  Kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai  60%  dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 67%, kelancaran pada saat presentasi hanya 100%, dan siswa  yang dapat mengemukakan pertanyaan  hanya 70%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 98% siswa merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, write, and talk. Di sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto copy materi, dan meminjami buku ajar, menyiapkan lembar kegiatan. Berdasarkan siklus II didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan 9,82% dari siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c.       Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno dan lembar kegiatan siswa, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 2 orang siswa yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimanaRPP terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki pada kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano; dan lembar kegiatan siswa pada tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar serta melakukan diskusi selama 20 menit, dan 10 menit kemudian masing-masing kelompok harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Dua siswa dari masing-masing kelompok bertanggung  jawab menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar kelompok , peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi antar kelompok dan aktivitas siswa.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik sekali dengan rentang nilai >85 yang mencapai  90%. Dengan ini, 100% siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi hanya 90%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100% siswa merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada yang keberanian mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif, presentasi belajar siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus III, antusias, keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapatkan nilai baik sekali, ini menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan melalui pembelajaran Think, Write, and Talk, 13% siswa yang masih kesulitan memahami materi dan 8% kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai presentasi siswa dengan rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke siklusnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1
Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Saat KBM
No
Kegiatan/Aspek yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Antusias siswa dalam mengikuti KBM
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
2.
Kelancaran mengemukakan ide dalam memecahkan masalah
Kurang
Baik
Baik Sekali
3.
Keaktifan siswa dalam diskusi
Cukup
Baik
Baik Sekali
4.
Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi
Cukup
Baik Sekali
Baik Sekali
5.
Ketelitian dalan menghimpun hasil diskusi
Kurang
Baik
Baik
6.
Keaktifan dalam bertanya
Kurang
Baik
Baik
7.
Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar
Kurang
Baik
Baik Sekali
8.
Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
Cukup
Baik
Baik

     Keterangan:   Baik sekali      : 86 – 100
                           Baik                 : 71 – 85
                           Cukup              : 60 – 70
                           Kurang             : >60
Hasil angket siswa yang diambil pada setiap siklus, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2   Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Setelah KBM
No 
Pertanyaan
Jawaban
Siklus I            (%)
Siklus II            (%)
Siklus III            (%)
1.
Apakah pembelajaran Think, Write, dan Talk menyenangkan?
Ya
90
93
100
Tidak
10
7
0
2.
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu mudah memahami pelajaran?
Ya
60
70
87
Tidak
40
30
13
3.
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu berani mengemukakan pendapat?
Ya
50
70
92
Tidak
50
30
8
4.
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk mendorong kamu lebih kreatif?
Ya
90
95
100
Tidak
10
5
0
5.
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Think, Write, dan Talk?
Ya
30
15
0
Tidak
70
85
100

GRAFIK 1 Hasil Ulangan Sebelum Dan
Tiap Akhir siklus





H.    Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas yang hasilnya untuk kemudian dianalisis secara deskriptif, akhirnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.    Inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran matematika tentang melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka.
2.    Keterampilan menyampaikan pendapat kepada orang lain baik lisan maupun tulisan perlu ada latihan.
3.    Inovasi pembelajaran Think, Write, and Talk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
I.       Daftar Pustaka
Amien, Moch. 1980. Peranan Kreativitas dalam Pendidikan.Depdikbud: Analisis Kebudayaan Jakarta.
De Porter, B & Hernacki, M. 2003. Quantum Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta: Depdiknas.
Hermawan, Asep. 2008. Upaya Peningkatan Mutu Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Melalui Penerapan MeaningfulLearningStrategy. Makalah :  Tidak dipublikasikan.
Kuncoro, S. A. 1992. Nilai-nilai Keagamaan dan Mengembangkan Kreativitas Anak (Suatu Tantangan bagi Kehidupan Modern) Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.
Mulyana, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Meier, D. 2003. The Acceleratied Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Nur, Muhammad. 2005. Guru yang Berhasil dan Pengajaran Langsung. Departemen Pendidikan Nasional.
Semiawan, C, Munandar,A. S. dan Munandar, S O U. 1987. Memupuk Bakat  dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.  Jakarta: Gramedia.
Sutusiah, 2006. Peningkatan Minat Belajar dan Aktivitas Siswa Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati Kelas X Melalui Pembelajaran  Think, Write, and Talk, Laporan PTK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar