A.
Judul
Upaya Meningkatan Kreativitas Siswa
dalam KBM Matematika Melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Think, Write, and Talk (PTK pada Siswa Kelas VI SD
Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2010/2011)
B.
Nama Penulis
Okoy Koyum, S.Pd. SD.
C.
Abstrak dan Kata
Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: KBM
Matematika, Kreativitas Siswa, dan Model Pembelajaran
Konstruktivisme Tipe Think, Write, and Talk
Penelitian yang
berfokus pada upaya guru meningkatkan kreativitas siswa dalam KBM Matematika
melalui model pembelajaran konstruktivisme tipe think, write, and talk.
Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang
sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran.
Penelitian ini
dilakukan terhadap siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran
2010/2011, yang berjumlah 12 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari 2008.Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
tindakan yang alurnya, yaitu membuat perencanaan tindakan, melaksanakan
tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi
tindakan.Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan.Adapun
data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi
perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen pengumpulannya adalah pedoman
observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik
kualitatif model mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data,
verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan
pengecekatan ulang (triangulasi)
dengan kolabolator dan siswa.
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
Model pembelajaran konstruktivisme tipe think, write, and talk dapat meningkatkan
kreativitas
siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran
2010/2011 dalam KBM Matematika.Hal ini terbukti dengan adanya perubahan
aktivitas siswa, baik dalam bertanya maupun menjawab, dan antarsiswa terjalin
saling belajar.
D.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang Masalah
Saat ini
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang pesat. Manusia dengan
segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu
beradaptasi dan memecahkannya. Tentunya dalam memecahkan segala persoalan
dibutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kearifan agar dalam menyelesaikan
masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak
terlepas dari dunia pendidikan. Karena, pendidikan merupakan salah satu wahana
sekaligus wadah untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri. Oleh
karena itu, pendidikan juga dituntut memiliki kualitas yang baik.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus
tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin
termotivasi dan belajar, daya kreativitasnya akan semakin meningkat, semakin positif
sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai,
dan semakin mantap pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.
Sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang
terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke
waktu. Salah satunya dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang
proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
untuk mengembangkan kompetensi dalam berbagai mata pelajaran, termasuk di
dalamnya matematika.
Salah satu dari
materi ajar matematika yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa kelas VI SD, adalah kompetensi dasar perkalian. Tuntutan
kurikulum ini harus dapat dilaksanakan dalam pembelajaran matematika, sehingga
perlu diterapkan dengan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas belajar siswa, mau berlama-lama belajar, dan tidak membosankan,
sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih menyenangkan.
Rendahnya
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan proses belajar
menjadi kurang optimal, sehingga materi yang disajikan menjadi tidak tuntas.
Kondisi siswa kelas
VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis berjumlah 12 orang siswa
yang relativeheterogen, baik dari segi ekonomi, kemampuan akademik, kreativitas
maupun sarana yang dimiliki. Berdasarkan segi pemilikan buku wajib yang dimiliki
siswa cukup kecil, yaitu dari 12 orang siswa yang
memiliki buku wajib hanya 3 orang siswa atau
sebesar 25
%. Berdasarkan hal ini terlihat bahwa kemampuan siswa
untuk belajar membaca cukup rendah. Dalam segi kreativitas, dari 12 orang siswa yang mampu mengembangkan imajinasinya hanya 5 orang siswa atau sebesar 41,66%.
Kemampuan untuk
menjawab pertanyaan dari 12 orang siswa hanya 5 orang siswa
saja yang mampu atau sebesar 41,66%. Sedangkan
kemampuan siswa untuk mengungkapkan dengan lisan sangat rendah, yaitu baru 3 orang siswa dari 12 orang siswa
atau sebesar 25%.
Berdasarkan
data-data di atas dapat dijadikan suatu
landasan untuk dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan inovasi
pembelajaran menggunakan model Think,
Write, and Talk.
Perkalian menurut Sumarno dan Suhadar (1977:44) adalah
“Penjumlahan berulang”. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain.
Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan
sehari-hari. Penguasaan perkalian bagi siswa kelas III Sekolah Dasar perlu
terus dioptimalkan, mengingat hampir semua bahan pelajaran matematika di kelas
ini menggunakan dasar perkalian.
Perkalian
merupakan basic skill yang
penguasaannya sangat diperlukan untuk bekal meniti kehidupan di masyarakat.
Hamper setiap saat pada kehidupan sehari-hari, siswa dihadapkan pada persoalan
yang berkaitan dengan perkalian. Pada umumnya, khususnya di kelas kelas VI SD
Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, konsep ini belum
sepenuhnya dikuasai, sehingga menghambat penguasaan konsep matematika
selanjutnya.
Berdasarkan hasil
pengamatan dan hasil ulangan harian selama tengah semester 1 pada tahun
pelajaran 2010/2011, hasil belajar matematika siswa kelas kelas VI SD Negeri
1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, kurang memuaskan. Tujuh puluh
lima persen (75%) nilai ulangan harian tentang perkalian mereka masih kurang
dari 6. Peneliti merasa prihatin, sebab jika dibiarkan, masalah ini akan
berkelanjutan pada konsep lain yang menggunakan dasar perkalian, misalnya pada
kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka.
Akibat keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami materi
ajar ini, mereka membutuhkan media dan strategi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Sehingga, pemahaman mereka menjadi lebih mudah. Varian kemampuan
masing-masing siswa yang berbeda membutuhkan layanan secara individu sehingga dsapat
berkembang secara optimal. Pemahaman yang lambat memerlukan tahapan bahan
pelajaran yang detail dan latihan yang berulang-ulang, sedangkan keterampilan
sosial dan penanaman budi pekerti memerlukan kegiatan bersama dengan teman.
Berdasarkan
hal-hal di atas, penulis berupaya menemukan solusi pemecahan masalah melalui
penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini penelitian tindakan kelas perlu
dilakukan untuk menyempurnakan atau meningkatkan proses dan praktis
pembelajaran, terutama dalam hal menanggulangi permasalahan belajar. Melalui
penelitian, tindakan permasalahan yang ada dapat dikaji, ditingkatkan, dan
dituntaskan secara berkesinambungan, sehingga proses pendidikan dan
oembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan, khususnya
penguasaan perkalian dapat diaktualisasikan secara sistematis.
b.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
a)
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi adanya
masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.
1.
Rendahnya minat
belajar siswa kelas VI
SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran
matematika.
2.
Rendahnya
kreativitas siswa kelas VI
SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran
matematika.
3.
Rendahnya kemampuan
berpikir kritis siswa VI
SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran
matematika.
4.
Kurangnya sarana
yang dimiliki siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran matematika.
5.
Rendahnya kemampuan
siswa kelas VI
SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis untuk menjawab
pertanyaan.
6.
Rendahnya kemampuan
siswa VI
SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis untuk bertanya.
b)
Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan, sebagai berikut.
1.
Bagaimana
meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam
pembelajaran matematika tentang perkalian melalui model pembelajaran Think, Write, and Talk?
2.
Bagaimana
meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam
pembelajaran matematika tentang perkalian melalui model pembelajaran Think, Write, and Talk?
c.
Cara Pemecahan Masalah
Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang rendahnya
kreativitas dan minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam
pembelajaran matematika khususnya tentang perkalian, proses pembelajaran akan
dilakukan dengan menggunakan konstruktivisme dengan model Think, Write, and Talk.
d.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah dan cara pemecahannya, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan, sebagai berikut.
1.
Dengan diterapkan
pembelajaran konstruktivisme model Think,
Write, and Talk kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang
perkalian, meningkat.
2.
Dengan diterapkan
pembelajaran konstruktivisme model Think,
Write, and Talk minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian,
meningkat.
e.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk meningkatkan
kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian melalui pembelajaran konstruktivisme dengan
model Think, Write, and Talk.
2.
Untuk meningkatkan
minat belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamisdalam pembelajaran matematika tentang perkalian melalui
pembelajaran konstruktivisme dengan model
Think, Write, and Talk.
E.
Kajian Teori
a.
Kreativitas
Menurut Semiawan dkk., (1987) kreativitas sebagai proses
merupakan hal yang lebih sesnsial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini
dengan cara menyibukkan diri secara kreatif. Misalnya, dalam proses bermain. Dengan adanya gagasan atau unsur-unsur
pikiran akan menjadi keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi anak
yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini merupakan proses
berpikir yang mengarah pada suatu usaha untuk menentukan hubungan-hubungan
baru, mendapatkan jawaban, dan metode atau cara baru dalam memecahkan masalah.
Ditinjau dari segi product,
kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang
pada umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci, Munandar (1992)
menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan banyak kemungkinan jawaban suatu masalah dengan menekankan pada
kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kreativitas yang dimaksud
adalah berpikir kreatif atau divergen.
Dimensi press
(tekanan/dorongan) adalah kondisi yang dapat mendorong atau menghambat
seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan atau hambatan tersebut dapat
berasal dari luar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, atau masayarakat, maupun
dari dalam diri individu itu sendiri. Jika kedua kondisi ini menguntungkan atau
menunjang, yakni adanya keinginan dari seseorang untuk melibatkan diri secara
aktif dan ia mendapatkan kesempatan, hal ini akan lebih memungkinkan individu
tersebut untuk bertindak secara kreatif.
Berdasarkan paparan mengenai beberapa definisi
kreativitas di atas, dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas
dan mempunyai tahapan yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide kreatif,
kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga tercipta hasil yang kreatif.
Namun demikian, pada intinya terdapat persamaan antara definisi yang satu
dengan yang lain, yaitu kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Ciri-ciri atau karakteristik kreativitas pada umumnya
dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan kemampuan kreatif dari
seseorang menurut Guilford (dalam Kuncoro, 1992). Ciri-ciri kreativitas
seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau motivasi.
Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek dorongan atau
motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri,
tidak konversional, dan aspirasi keindahan.
Kelancaran (fluency)
adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Ciri-cirinya, meliputi
hal-hal berikut. (1) word fluency,
yakni kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf
tertentu atau kombinasi dari huruf-huruf. Kelancaran kata (word fluency) pertama kali mulai dipublikasikan oleh Thurstone pada
tahun 1938. Pendapat Gulford mengenai kelancaran kata diungkapkan behwa
kemampuan tersebut tidak mudah untuk
dilihat. Namun hal itu, merupakan sesuatu yang amat penting dalam kegiatan
kreativitas sehari-hari. (2) associational
fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah kata-kata yang
mengandung beberapa macam hubungan, dapat berbentuk sebuah ide, pemberian
judul, atau memberikan arti serupa. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai
kemampuan berpikir secara analog atau kebalikannya. (3) expressional fluency, yaitu kemampuan untuk menyusun kata-kata
terorganisasi, seperti dalam bentuk ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat.
Dengan kata lain, kemampuan ini merupakan kelancaran dalam mengekspresikan
pikiran-pikiran, ide-ide, atau pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata atau
kalimat. (4) ideational fluency,
yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide dengan cepat yang sesuai
dengan kegunaan yang diminta. Beberapa jenis tes mengenai ideational fluency, bahwa kecepatan lebih penting dari kualitas.
Ide yang dihasilkan dapat berbentuk simpel atau kompleks, dapat berupa
pemberian judul, baik untuk gambar maupun cerita, atau dapat pula berupa
ungkapan-ungkapan dalam kalimat pendek yang merupakan kesatuan hasil pemikiran.
Kelenturan (felxibility),
adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Hal-hal yang
termasuk dalam ciri-ciri ini sebagai berikut. (1) spontaneous flexibility, yakni kemampuan atau kecenderungan untuk
menghasilkan bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau
keterpaksaan. Spontaneous flexibility dapat dikatakan pula sebagai keluwesan
dalam mengadakan pendekatan terhadap masalah. Artinya, bila melalui pendekatan
yang satu tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, dengan segera akan
menggantikannya dengan cara pendekatan lain. Seseorang yang memiliki kemampuan spontaneousflexibility terendah, akan
terlihat kaku dalam membicarakan ide atau pendapatnya. Ia akan cenderung untuk
bertahan pada satu atau beberapa pemikiran yang sempit saja. Namun demikian,
orang tersebut masih mempunyai kemungkinan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi meskipun tidak melakukannya secara spontan. (2) adaptiveflexibility, yaitu penyesuaian yang fleksibel dalam
menghadapi masalah sampai diperoleh hasil pemecahannya. Mengenai hal ini,
seseorang akan gagal untuk menyelesaikan masalah bila ia tidak mampu untuk
bertindak fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang
dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan untuk meneruskan gagasan
dengan cara-cara yang asli dan tidak klise. Dapat pula diartikan sebagai
kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui, dan unik.
Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu
secara terperinci, yakni aktivitas untuk merangkai sebuah ide atau
jawaban-jawaban sederhana agar menjadi lebih mendetail. Elaborasi ini dapat
dikembangkan dengan cara memberi latihan kepada anak untuk memberikan informasi
tambahan atau melalui komunikasi verbal.
b.
Pembelajaran Think,
Write, and Talk
Think, Write, and Talk merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang memiliki empat langkah penting dalam
pelaksanaannya. Keempat langkah penting itu, sebagai berikut.
1.
Langkah 1 –
berpikir (thinking). Siswa diberi
kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu.
2.
Langkah 2 – menulis
(writing). Pada tahap ini siswa
diminta untuk menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar
dan diskusi kelompok yang diperolehnya.
3.
Langkah 3 –
berdiskusi (talking). Setelah
diorganisasikan dalam kelompok, siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif
dalam berdiskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan,
interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan
pendapat dengan anggota kelompok masing-masing.
4.
Hasil tulisan siswa
dipamerkan untuk ditunjukkan di hadapan kawan-kawan sekaligus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
Keterampilan berpikir bagi siswa dapat dicapai dengan
baik apabila dihubungkan dengan
topik-topik yang dikenal siswa. Karena itu, untuk dapat mengajak siswa
berpikir, guru harus mampu menghubungkan materi yang disajikan dengan hal-hal
yang sudah dikenal dan dekat dengan siswa. Tujuan pembelajaran berpikir kritis
adalah menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong siswa
mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pemikiran mereka sendiri
untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
Menurut Mansyur (dalam Sutusiyah, 2006) komponen
selanjutnya pada model Think, Write, and
Talk adalah diskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi
pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, dan pengujian pendapat yang dilakukan
oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari kebenaran,
keputusan, kesimpulan, dan pemecahan dari suatu masalah. Banyak permasalahan
yang terjadi di lingkungan siswa yang memerlukan pembahasan lebih dari
seseorang saja, terutama masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dalam
sebuah kelompok. Dengan demikian, diskusi menjadi jalan pemecahan yang memberi
kemungkinan untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
Sebelum pelaksanaan strategi Think, Write, and Talk, pertemuan diawali terlebih dahulu dengan melakukan
persiapan-persiapan, di antaranya guru membuat rencanapelaksanaan pembelajaran,
menyiapkan lembar kerja untuk siswa, menyiapkan instrumen-instrumen, dan
menentukan kelompok-kelompok siswa di mana setiap kelompok bersifat heterogen
dalam hal jenis kelamin, prestasi akademik, dan lain-lain.
Pada pelaksanaan strategi Think, Write, and Talk, pertemuan diawali dengan penyampaian materi
secara garis besar dan kompetensi yang ingin dicapai secara klasikal.
Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat dan permasalahan kepada
siswa. Kemudian guru membagikan lembar kerja kepada asing-masing siswa dan
meminta siswa mengerjakan lembar kerja tersebut secara individu. Selanjutnya,
guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Dalam kelompok tersebut, siswa diminta untuk mendiskusikan lembar kerja sesuai
dengan hasil pemikiran masing-masing, saling bertukar pendapat, dan berbagi
jawaban. Setelah bekerja dalam kelompok, siswa kembali ke bangku masing-masing
dan meminta untuk menuliskan hasil belajar secara individu dengan bahasa dan
pemikiran siswa sendiri. Tahap selanjutnya, guru mengadakan pembahasan lembar
kerja berupa tanya jawab singkat kepada seluruh siswa. Di akhir pembelajaran,
guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi secara lisan dan menambahkan
hal-hal yang belum diungkapkan oleh siswa serta menyempurnakannya.
Think Pair Share dikembangkan oleh
Frank Lyman, yang memberikan kesempatan kepada siswa memikirkan sendiri jawaban
dari pertanyaan yang kemudian didiskusikan dengan pasangannya untuk mencapai
konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi
jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di kelas.
Berdasarkan landasan teori di atas, penulis mencoba
melakukan inovasi pembelajaran Think,
Write, and Talk. Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa untuk
berpikir kritis, berkreasi, dan bertukar informasi serta akan terjadi
kompetensi yang dinamis dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Think,
pada saat ini siswa dirangsang untuk berpikir bersama kelompoknya untuk dapat
menemukan ide-ide pokok atau konsep-konsep penting. Write, masing-masing kelompok harus menuliskan kembali hasil
temuannya pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok lain. Talk, pada tahap ini masing-masing
kelompok diberi kesempatan 4 siswa berkunjung untuk melihat hasil kerja
kelompok lain untuk bertanya dan melihat kekurangan masing-masing, 2 orang
siswa tetap menunggu hasil kerjanya yang mempunyai kewajiban untuk menjawab
pertanyaan dari kelompok lain. Pada akhir kegiatan, guru membantu siswa untuk
menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Penulis mempunyai estimasi bahwa
dengan inovasi model seperti ini, siswa akan lebih kreatif dan menyenangkan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
F.
|
a.
Setting dan Subjek
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis, semester 1 tahun pelajaran 2010/2011, dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 12 orang siswa
yang karakteristiknya dalam pembelajaran matematika dengan materi ajar
melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan
tiga angka, baik kreativitas dan minat belajarnya maupun hasil belajarnya masih rendah.
b.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik,
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Data hasil belajar
dikumpulkan dengan cara melakukan tes kepada siswa setelah selesai tindakan.
2.
Data pelaksanaan
pembelajaran diperoleh melalui hasil pengamatan kolabolator selama selama
pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrumen observasi
kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
3.
Data refleksi guru
dan siswa diperoleh melalui pemberian angket kepada siswa dan guru setelah selesai
tiap siklus.
c.
Analisis Data
Data yang
dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.
Perubahan yang
terjadi pada siswa saat pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Analisis yang
digunakan adalah deskripsi, memaparkan data hasil pengamatan, dan hasil angket
siswa pada setiap akhir siklus dengan membandingkan hasil yang dicapai tiap
siklus.
2.
Peningkatan hasil
belajar tiap siklus. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan
analisis kuantitatif dengan rumus sebagai berikut.
P = Posrate – Baserate x 100%
Baserate
|
Keterangan:
P : persentase peningkatan
Posrate : nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate : nilai sebelum tindakan
Berdasarkan
hasil pengamatan, angket, dan tes akhir siklus apabila masih dirasakan gagal,
peneliti mencari dugaan penyebab kekurangan dan sekaligus mencari alternatif
solusi untuk dirancang pada tindakan berikutnya. Tolok ukur refleksi penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.
Adanya peningkatan
kreativitas yang terlihat pada antusias, aktivitas, dan rasa senang siswa dalam
pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka secara
signifikan pada setiap siklus.
2.
Adanya peningkatan
nilai ulangan yang signifikan pada setiap siklus.
G.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
a.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi dasar melakukan
perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas
siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas
pleno, spidol 6 set, isolasi, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 2 orang siswa yang heterogen sesuai dengan data yang ada
pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimanaRPP
terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada
tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan
siswa untuk memasuki kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya
bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan yang akan dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran,
guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru
membagikan media pembelajaran, berupa: kertas plano; spidol; isolasi pada
tiap-tiap kelompok belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang
harus dipelajari dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber
belajar dan berdiskusi selama 20 menit dan 10 menit kemudian masing-mesing
kelompok harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk
dipamerkan pada kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah
jadi di dekat kelompok. Satu orang siswa dari masing-masing kelompok
bertanggung jawab menjaga hasil karyanya
dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain
sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada
saat siswa berkunjung, antarkelompok peneliti berkeliling sambil melihat hasil
kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis,
sekaligus melihat interaksi antarkelompok dan aktivitas siswa.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi
selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya,
dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan
memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti
memberikan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan
dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan
kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa
setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah
sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,
keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi,
kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok lain, mendapat hasil diskusi,
mendapatkan nilai kriteria cukup dengan rentangan nilai 60-70 yang mencapai
50%. Kelancaran mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian menghimpun hasil
diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai
kurang dengan rentang nilai >60 yang mencapai 33,3%
dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas hanya 50%, kelancaran pada saat
prsentasi hanya 50%, dan sedikit sekali yang dapat mengemukakan pertanyaan hanya 33,3%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar
terdapat 90% siswa merasa senang, 40% merasa kesulitan belajar, 50% siswa ada
yang keberanian mengemukakan pendapat, 90% mendorong siswa lebih kreatif,
presentasi belajar siswa pada siklus I, mendapat nilai rata-rata kelas 72,00 dan
masih terdapat 30,23% siswa yang nilainya di bawah standar KKM mata pelajaran
matematika yang telah ditentukan sekolah.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus I, antusias,
keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih cukup
dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil
diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai
kurang dengan rentang nilai >60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan
belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, write, and talk. Di
sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani
berpendapat. Dengan demikian, pada siklus I perlu adanya motivasi yang dapat
mendorong siswa lebih berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok
terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto copy materi, dan meminjami buku
ajar. Berdasarkan siklus I didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 72,00
yang berarti ada kenaikan 10,18% dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong
dilanjutkan pada siklus II.
b.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi pada dasar melakukan
perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas
siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku
penunjang, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang
terdiri atas 2 orang siswa yang heterogen sesuai dengan data yang ada
pada peneliti, dan mengembangkan skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimanaRPP
terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada
tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan
siswa untuk memasuki kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya
bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka yang akan
dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan
dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa
berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran,
berupa: kertas pleno; spidol; isolasi pada tiap-tiap kelompok belajar, dan
masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari dan didiskusikan.
Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar dan berdiskusi selama 20 menit.
Kemudian masing-masing kelompok dalam 10 menit harus menulis hasil diskusi
kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada kelompok yang lain dengan
menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat kelompok. Satu orang siswa dari
masing-masing kelompok bertanggung jawab
menjaga hasil karyanya dan empat anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung
pada kelompok lain sambil bertanya dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama
25 menit. Pada saat siswa berkunjung, antar- kelompok peneliti berkeliling
sambil melihat hasil kerja siswa yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran
konsep yang ditulis, sekaligus melihat interaksi untuk diperiksa kebenaran
konsep.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi
selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada.
Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir
kegiatan yang sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa
dengan memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok.
Peneliti memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan
dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan
kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa
setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah
sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,
keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi,
kelancaran dalam menjawab pertanyaan kelompok lain, mendapat nilai kriteria
baik dengan rentang nilai 71-85 yang mencapai 80%. Kelancaran mengemukakan ide atau pendapat,
ketelitian menghimpun hasil diskusi , keaktifan bertanya, keaktifan mencari
sumber belajar, mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-85 yang
mencapai 60% dan siswa yang dapat menyelesaikan tugas
hanya 67%, kelancaran pada saat presentasi hanya 100%, dan siswa yang dapat mengemukakan pertanyaan hanya 70%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar
terdapat 98% siswa merasa senang, 15% merasa kesulitan belajar, 70% siswa ada
yang keberanian mengemukakan pendapat, 95% mendorong siswa lebih kreatif,
presentasi belajar siswa pada siklus II, mendapat nilai rata-rata kelas 79,07.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus II, antusias,
keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih
cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil
diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai
kurang dengan rentang nilai 71-85, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan
belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, write, and talk. Di
sisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 30% yang masih kesulitan memahami materi dan 30% kurang berani
berpendapat. Dengan demikian, pada siklus III perlu adanya motivasi yang dapat
mendorong siswa lebih berkompetensi dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua
anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa foto copy materi,
dan meminjami buku ajar, menyiapkan lembar kegiatan. Berdasarkan siklus II
didapat nilai prestasi siswa dengan rata-rata 79,07 yang berarti ada kenaikan
9,82% dari siklus I. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus III.
c.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi melakukan perkalian
yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar, memberikan tugas
siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa kertas pleno
dan lembar kegiatan siswa, membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 2 orang siswa
yang heterogen sesuai dengan data yang ada pada peneliti, dan mengembangkan
skenario pembelajaran think, write, and talk sebagaimanaRPP
terlampir.
Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada
tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan
siswa untuk memasuki pada kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan
tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, menjelaskan tujuan yang akan
dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, guru mengarahkan agar siswa
berkumpul sesuai dengan daftar kelompok, guru membagikan media pembelajaran,
berupa: kertas plano; dan lembar kegiatan siswa pada tiap-tiap kelompok
belajar, dan masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus dipelajari
dan didiskusikan. Siswa diberi kesempatan mencari sumber belajar serta
melakukan diskusi selama 20 menit, dan 10 menit kemudian masing-masing kelompok
harus menulis hasil diskusi kelompok pada kertas pleno untuk dipamerkan pada
kelompok yang lain dengan menempel hasil diskusi yang sudah jadi di dekat
kelompok. Dua siswa dari masing-masing kelompok bertanggung jawab menjaga hasil karyanya dan empat
anggota lainnya diberi kesempatan berkunjung pada kelompok lain sambil bertanya
dan melihat kekurangan pada kelompok lain selama 15 menit. Pada saat siswa
berkunjung, antar kelompok , peneliti berkeliling sambil melihat hasil kerja siswa
yang dipamerkan untuk diperiksa kebenaran konsep yang ditulis, sekaligus
melihat interaksi antar kelompok dan aktivitas siswa.
Masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi
selama 5 menit sekaligus menjawab pertanyaan kelompok lain bila ada. Selanjutnya,
dilakukan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus menentukan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan
memberi kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti
memberikan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.
Pada saat yang sama, kolabolator melakukan pengamatan
dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, yang meliputi: pengamatan
kegiatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa
setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah
sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,
keaktifan siswa dalam diskusi, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik
sekali dengan rentang nilai >85 yang mencapai 90%. Dengan ini, 100% siswa sudah dapat
menyelesaikan tugasnya, kelancaran pada saat presentasi hanya 90%.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar
terdapat 100% siswa merasa senang, 13% merasa kesulitan belajar, 92% siswa ada
yang keberanian mengemukakan pendapat, 100% mendorong siswa lebih kreatif,
presentasi belajar siswa pada siklus III, mendapat nilai rata-rata kelas 84,65.
Melihat dari hasil pengamatan pada siklus III, antusias,
keaktifan, kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih
cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil
diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapatkan nilai
baik sekali, ini menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan yang signifikan
melalui pembelajaran Think, Write, and Talk, 13% siswa yang masih
kesulitan memahami materi dan 8% kurang berani berpendapat. Dengan demikian,
pada siklus III kegiatan dipandang sudah cukup dan tidak dilanjutkan pada
siklus berikutnya,. Berdasarkan siklus III didapat nilai presentasi siswa
dengan rata-rata 84,65 yang berarti ada kenaikan 7,06% dari siklus II.
Untuk mengetahui lebih jelas perubahan dari siklus ke
siklusnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1
Hasil
Pengamatan Kegiatan Siswa pada Saat KBM
No
|
Kegiatan/Aspek yang diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
Antusias siswa dalam mengikuti KBM
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
2.
|
Kelancaran mengemukakan ide dalam memecahkan masalah
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
3.
|
Keaktifan siswa dalam diskusi
|
Cukup
|
Baik
|
Baik Sekali
|
4.
|
Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi
|
Cukup
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
5.
|
Ketelitian dalan menghimpun hasil diskusi
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
6.
|
Keaktifan dalam bertanya
|
Kurang
|
Baik
|
Baik
|
7.
|
Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar
|
Kurang
|
Baik
|
Baik Sekali
|
8.
|
Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Keterangan: Baik sekali : 86 – 100
Baik : 71 – 85
Cukup : 60 – 70
Kurang : >60
Hasil angket siswa yang diambil pada setiap siklus,
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Setelah KBM
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Siklus I
(%)
|
Siklus II
(%)
|
Siklus III
(%)
|
1.
|
Apakah pembelajaran Think,
Write, dan Talk menyenangkan?
|
Ya
|
90
|
93
|
100
|
Tidak
|
10
|
7
|
0
|
||
2.
|
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu mudah memahami pelajaran?
|
Ya
|
60
|
70
|
87
|
Tidak
|
40
|
30
|
13
|
||
3.
|
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk membuat kamu berani mengemukakan pendapat?
|
Ya
|
50
|
70
|
92
|
Tidak
|
50
|
30
|
8
|
||
4.
|
Apakah dengan pembelajaran Think, Write, dan Talk mendorong kamu lebih kreatif?
|
Ya
|
90
|
95
|
100
|
Tidak
|
10
|
5
|
0
|
||
5.
|
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Think, Write, dan Talk?
|
Ya
|
30
|
15
|
0
|
Tidak
|
70
|
85
|
100
|
GRAFIK 1 Hasil Ulangan Sebelum Dan
Tiap Akhir siklus

H.
Simpulan
Setelah dilakukan
penelitian tindakan kelas yang hasilnya untuk kemudian dianalisis secara
deskriptif, akhirnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.
Inovasi
pembelajaran Think, Write, and Talk
menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran matematika tentang
melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan
tiga angka.
2.
Keterampilan
menyampaikan pendapat kepada orang lain baik lisan maupun tulisan perlu ada
latihan.
3.
Inovasi
pembelajaran Think, Write, and Talk meningkatkan
hasil prestasi belajar siswa.
I.
Daftar Pustaka
Amien, Moch. 1980. Peranan
Kreativitas dalam Pendidikan.Depdikbud: Analisis Kebudayaan Jakarta.
De Porter, B & Hernacki, M. 2003. Quantum
Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi
Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta: Depdiknas.
Hermawan, Asep. 2008. Upaya
Peningkatan Mutu Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Melalui Penerapan
MeaningfulLearningStrategy. Makalah :
Tidak dipublikasikan.
Kuncoro, S. A. 1992. Nilai-nilai
Keagamaan dan Mengembangkan Kreativitas Anak (Suatu Tantangan bagi Kehidupan
Modern) Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.
Mulyana, E. 2005. Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Meier, D. 2003. The Acceleratied
Learning. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Nur, Muhammad. 2005. Guru yang
Berhasil dan Pengajaran Langsung. Departemen Pendidikan Nasional.
Semiawan, C, Munandar,A. S. dan Munandar, S O U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas
Siswa Sekolah Menengah. Jakarta:
Gramedia.
Sutusiah, 2006. Peningkatan Minat Belajar
dan Aktivitas Siswa Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati Kelas X Melalui
Pembelajaran Think, Write, and Talk,
Laporan PTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar