Kamis, 17 Oktober 2013

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMUPENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2009/2010



A.    Judul

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS)  UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMUPENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MEKARSARI, KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN CIAMIS  TAHUN PELAJARAN 2009/2010
B.     Nama Penulis
Okoy Koyum, S.Pd. SD.
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Mata Pelajaran IPS, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Stu dent Teams Achievement Divisions).
         Penelitian ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran. Siswa dimaksud, yakni kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun Pelajaran 2009/2010. Waktu yang diperlukan selama tiga bulan, yakni bulan Mei, Juni, Juli 2009. Rancangan penelitian yang ditempuh, yakni penelitian tindakan kelas, yang terdiri atas empat tahapan, yakni membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus. Adapun data penelitian ini, meliputi catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan diskusi. Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif model mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan penelitian ini, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1)
72
 
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya menempuh tahapan strategis berikut: (1) menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions); (2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa agar diperoleh hasil yang lebih baik. Dan (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Kurikulum Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian, tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan. Pengembangan Kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi pengetahuan sosial menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup (lifeskill), penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya, dan kewarganegaraan, sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.
Wachidi (dalam Kunandar, 2007:261) merumuskan tujuan pokok dari pengetahuan sosial, yaitu: (1) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap benda-benda di sekitarnya; (2) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan manusia lain; (3) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya; (4) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya; dan (5) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan tuhannya.
Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial, maka seharusnya pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang, dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar, dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis (2004:51) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa, serta siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Suryosubroto (2007:262) menyatakan bahwa kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif dan harmonis antara guru dengan peserta didik yang mencakup segi kognitif, apektif, dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral sejak dini hingga dewasa nanti. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial berdasarkan metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi pengetahuan sosial secara apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran pengetahuan sosial cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar mereka kurang memuaskan. Di sisi lain, juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial masih rendah. Setidaknya, ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan, ketiga, siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain secara sehat.
 Pembelajaran mata pelajaran pengetahuan sosial sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, kurang bermakna, serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akibatnya, banyak kritikan yang ditujukan kepada guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran ini, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi pengetahuan sosial oleh siswa, dan kurangnya variasi dalam pembelajaran.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti bagi kehidupannya. Dikatakan demikian, karena: (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan KBM; (2) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya; dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran pengetahuan sosial menjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara yang cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka itu adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran ini.  
b.      Indentifikasi Masalah, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
a)      Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi pada latar belakang masalah di atas, kondisi yang ada pada saat ini adalah sebagai berikut.
1.    Pembelajaran pengetahuan sosial yang telah dan sedang berlangsung di kelas masih berjalan monoton.
2.    Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
3.    Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa.
4.    Metode yang digunakan bersifat konvensional.
5.    Masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial.  
b)     Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.    Bagaimana menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
2.    Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
c)      Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, solusi yang diupayakan dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Besar harapan melalui penerapan model ini, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, mengalami peningkatan yang berarti.
c.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1.    Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar ilmu pengetahuan sosial.
2.    Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi dalam menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan pada saat pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dalam konteks penelitian ini berlangsung.
3.    Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
4.    Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.


E.  Kerangka Teori    
a.      Pembelajaran Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Pembelajaran mata pelajaran pengetahuan sosial bagi peserta didik di sekolah dasar akan lebih bermakna jika yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya, sebab anak memandang suatu obyek yang ada di lingkungannya secara utuh. Kurikulum yang terintegrasi memberikan sesuatu yang lebih berarti, sehingga peserta didik akan memahami hubungan berbagai hal dan kejadian dalam kehidupannya (Mulyasa, 2003:196).
Lebih lanjut Mulyasa (2003:196) mengemukakan kelebihan pengetahuan sosial terpadu, yaitu sebagai berikut.
1.      Mengacu pada topik yang bermakna dan bertujuan.
2.        Memfokuskan pada konsep dasar umum yang dapat diterapkan pada berbagai kondisi dalam kehidupan daripada fakta yang terpisah.
3.        Meningkatkan nilai pengetahuan, pengalaman, dan ketertarikan peserta didik.
4.        Menggambarkan secara mudah situasi kehidupan sesungguhnya sebagai topik untuk belajar.
5.        Menciptakan pengalaman belajar yang saling berhubungan daripada belajar yang tidak ada hubungannya.
6.        Memberi kesempatan untuk berlatih membaca, menulis, dan berhitung secara lebih bermakna.
7.        Menekankan pada bagaimana belajar dan bukan hanya belajar apa, sebab keterampilan dikembangkan dalam konteks.
8.        Menggunakan berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan untuk mengembangkan pemahaman peserta didik.
9.        Mendorong peserta didik untuk berpikir logis dan kritis, dan sistematis.
10.    Mendorong peserta didik untuk menerapkan apa yang telah dipelajari.
b.      Hakikat Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial
Pada bagian ini akan diuraikan tentang hakikat aktivitas dan hasil belajar siswa, sebagaimana tertulis berikut.
1.    Hakikat Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272). Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan, 2006:78).
Menurut Kunandar (2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1) mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisons).
2.      Hakikat Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1991:45), hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Hermawan, 2006:79). Lebih lanjut dikemukakan, untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

c.       Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Secara sederhana, namun jelas, Kunandar (2006:265) memberikan pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
Hasil telaah beberapa pustaka yang digunakan diperoleh gambaran mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan Hermawan (2006:73), bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif sedikitnya ada empat, yakni saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan.
Ada empat tipe pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan oleh guru, yang salah satunya adalah tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk., dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik, baik kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) dijelaskan Kunandar (2006:270), sebagai berikut.
1.    Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2.    Guru menyampaikan materi pelajaran.
3.    Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
4.    Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru ke siswa tidak boleh saling membantu.
5.    Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
6.    Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7.    Kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi pembelajaran; (2) diskusi atau kerja kelompok belajar; (3) validasi oleh guru; (4) evaluasi (tes); (5) menentukan nilai individu dan kelompok; dan (6) penghargaan individu dan kelompok. 

d.      Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.    Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
2.    Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.













F.  Metodologi Penelitian
a.      Subjek Penelitian
        Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun Pelajaran 2009/2010, yang terdiri atas 18 orang siswa berjenis kelamin perempuan dan 23 orang siswa berjenis kelamin laki-laki, yang sedang menempuh semester 1 dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b.      Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
a)      Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b)     Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2009/2010, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
c)      Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
c.       Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1.      Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2.      Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran Pengetahuan Sosial, khususnya tentang membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.      Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran Pengetahuan Sosial tentang membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4.      Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
d.      Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.    Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.    Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.    Implementasi pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), dengan cara menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
e.       Prosedur Penelitian
Alur penelitian ini menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan, teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini akan menempuh tiga siklus, seperti tampak pada gambar berikut. 


Text Box: Gambar 1Alur Penelitian Tindakan Kelas Secara Umum


G.   

 
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
        Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) pada siklus I, sudah dilaksanakan tetapi belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan sebagai berikut.
1.      Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
2.      Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) secara utuh dan menyeluruh.




Untuk mengatasi masalah di atas, telah dilakukan upaya sebagai berikut.
1.      Guru secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2.      Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi  dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2.      Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.      Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), memiliki langkah-langkah tertentu.
         Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pembelajaran menunjukkan kondisi sebagai berikut.
1.      Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
11
16
69

Hasanudin
12
16
75

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
10
16
63

Cut Nya Dien
8
16
50
Terendah
Teuku Umar
10
16
63

Kartini
11
16
69

Dewi Sartika
12
16
75

Rerata
11
16
69









Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus I


2.      Hasil pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru pada PBM siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.      Hasil evaluasi pembelajaran siklus I menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalanpembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus I, tim peneliti telah melakukan refleksi, yang hasilnya sebagai berikut.
1.      Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas mengajar guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2.      Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3.      Hasil evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20, dan masih ada beberapa orang siswa yang kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
4.      Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5.      Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus IIdapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1.      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2.      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3.      Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

b.   Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
         Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus II, sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Adapun hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.      Suasana pembelajaran sudah mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).  Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2.      Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3.      Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi siklus II, menunjukkan perubahan yang lebih baik dari siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.      Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.




Tabel 2
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalamPBM Siklus II
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
12
16
75

Hasanudin
13
16
81

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
11
16
69

Cut Nya Dien
10
16
63
Terendah
Teuku Umar
11
16
69

Kartini
12
16
75

Dewi Sartika
13
16
75

Rerata
12
16
74



Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus II
2.      Hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam PBM pada siklus II tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3.      Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4.      Hasil evaluasi siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
         Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus II, maka tim peneliti melakukan refleksi, yang hasilnya sebagai berikut.
1.      Aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus II sudah mengarah ke langkah-langkah belajar berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus II.
2.      Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus II.
3.      Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
4.      Meningkatnya rata-rata nilai hasil evaluasi pada siklus II menjadi 6,53.
5.      Masih terdapat beberapa orang siswa yang dinyatakan belum tuntas, karena hasil evaluasinya kurang mencapai nilai yang telah ditetapkan sebagai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu, maka dilaksanakan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus III.

c.    Hasil Penelitian Siklus III
        Pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus III, sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana serta berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.      Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2.      Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3.      Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
       Berdasarkan pengamatan dan evaluasi siklus III, hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.      Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti PBM siklus III seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
14
16
88

Hasanudin
14
16
88

Imam Bonjol
15
16
94
Tertinggi
Patimura
13
16
81

Cut Nya Dien
12
16
75
Terendah
Teuku Umar
13
16
81

Kartini
14
16
88

Dewi Sartika
14
16
88

Rerata
12
16
85


Grafik 3
Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa dalam PBM Siklus III

2.      Hasil pengamatan aktivitas mengajar guru dalam PBM siklus III mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan dari siklus sebelumnya.
3.      Hasil evaluasi siklus III menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini berarti penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4.      Hasil evaluasi siklus III mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II  6,53.
        Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)siklus III, tim peneliti telah melaksanakan refleksi, yang hasilnya menunjukkan sebagai berikut.
1.      Aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus III sudah mengarah ke langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).  Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.
2.      Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam PBM siklus III didukung oleh meningkatnya aktivitas mengajar guru, baik dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Guru secara intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
3.      Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4.      Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi dari 5,48 (siklus I) menjadi 6,53 (siklus II) dan 7,33 (siklus III).
5.      Seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal, sehingga PTK berakhir sampai siklus III.

H.    Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1.    Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya menempuh tahapan strategis berikut: (1) menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions); (2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa agar diperoleh hasil yang lebih baik. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok kooperatif. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan  bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya model pembelajaran ini diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran IPS tentang kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/dan media lainnya. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna, potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain. Hal ini telah memberi dampak positif pada peningkatan hasil belajar masing-masing siswa.
I.       DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert., Bart, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep. 2007. Pengembangan Profesi Guru Melalui Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk. 2007. Ringkasan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, Rohman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S. 1989. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Sudjana, Nana. 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.
-------------------. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.